Langsung ke konten utama

Kisah Singkat [Kissing] Belajar Bahasa Rusia di PKR

Russian Center for Science and Culture
Ketertarikan saya pada Rusia diawali dengan perginya saya ke kota Vladivostok, yang berada di pinggiran Rusia dan berdekatan dengan Korea Selatan. Setelah belajar huruf 'cyrilic' secara otodidak, kemudian saya mencari informasi tentang belajar bahasa Rusia lalu langsung mendaftarkan diri di Pusat Kebudayaan Rusia (PKR) yang terletak di Jl. Diponegoro No.12, Menteng tersebut. Bisanya saya belajar bahasa Rusia, padahal bahasa Inggris saja masih berantakan dan cenderung lebih ke pasif. Tapi ya mungkin memang sudah takdirnya saya harus mengenal bahasa Rusia dibanding bahasa-bahasa lainnya yang sudah terkenal dan digemari orang Indonesia kebanyakan, seperti bahasa Jepang, Perancis, Mandarin, dll. Mengambil keputusan untuk belajar bahasa Rusia seperti mengenang kembali kejayaan Soekarno pada masa itu, dimana Presiden pertama Indonesia itu bersahabat dengan petinggi Uni Soviet Nikita Krushchev sehingga berdirilah sebuah mesjid biru yang terletak di kota Saint Petersburgh.

Level 1
Alexander Onoprienko (Sasha)
Awal masuk sekitar tahun 2012 tentu saja saya tidak di tes terlebih dahulu untuk bisa loncat ke level yang lebih tinggi daripada level 1 (basic), karena apa yang harus di tes, toh saya buta sekali dengan bahasa Rusia. Jadi ketika masuk PKR saya murni mengawalinya dari level 1. Di level 1 ini saya diajarkan oleh native speaker asli dari Moskow, Rusia, ia bernama Alexander Onoprienko (Sasha). Sasha adalah panggilannya, karena orang Rusia mempunyai panggilan nama kecil tersendiri. Untuk nama Dmitriy saja untuk mempersingkat atau memanggil nama kecilnya cukup panggil ia Dima, tanpa harus memanggil Dmitriy. Begitupun untuk setiap nama Alexander, pasti nama kecilnya dipanggil cukup Sasha saja.

Makanan khas Rusia di PKR
Pada hari pertama saya masuk kelas di level 1 saya lihat banyak sekali yang peminatnya, hingga kursi-kursi di dalam kelas itu tidak cukup lagi. Pokoknya ramai deh kayak pasar, peminatnya dari berbagai usia dan profesi. Tapi nampaknya kursi-kursi tersebut lama-lama berkurang yang mendudukinya, dikarenakan kesibukan, ketidakpedean dan keputusasaan dalam mempelajari bahasa yang konon katanya sulit dan bila tertinggal sekali atau dua kali pertemuan bisa mengakibatkan kebodohan sendiri di dalam kelas tersebut (malu juga gagap sendiri karena ketinggalan materi). Berbicara tentang guru saya ini yang wajahnya benar-benar 'bule' Rusia sekali, dia mengajarkan murid-murid level 1-nya mulai dari belajar menghafalkan huruf cyrilic dan mempelajari kosa-kata dasar bahasa Rusia tersebut. 






Graduasi berbagai level
Pengantar bahasa yang dipakai menggunakan bahasa Inggris-Rusia, untuk bahasa Indonesianya sendiri agak sulit karena dia belum terlalu bisa berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Lalu, kalau ingin belajar bahasa Rusia di PKR ini minimal mengerti bahasa Inggris pasif ya. Dalam pengajarannya sendiri terkadang dia masih susah untuk menerjemahkan ke kami dengan bahasa Inggris atau Indonesia, jadi masih sering mengandalkan lihat kamus. Untuk ujiannya, sih biasanya dalam bentuk essay (padahal inginnya pilihan ganda), lalu setelah ujian selesai, kami dibiasakan untuk tampil di panggung kecil dalam PKR, dimana nantinya dilihat oleh seluruh peserta les bahasa Rusia dari tiap levelnya. Pada setiap tampil atau acara graduasi tersebut saya paling suka acara makan-makannya yang menyuguhkan makanan khas Rusia. Tapi berhubung saya ada keperluan, jadinya tidak ikut perform (padahal sudah latihan nari & menyanyi). Tema kostum saat level 1 ini, yaitu kaus putih bergambar lambang Rusia dengan tulisannya, yaitu "Ruskiy Yazik".


Level 2
Olga Portnyagina (Olga)
Memasuki level 2 (hore... akhirnya saya naik level juga!) lagi-lagi kami diajari Sasha. Peserta peminat bahasa Rusia level 2 ini bisa dibilang tidak terlalu banyak seperti awal hari pertama saat di level 1 yang sangat membludak. Maklum saja, rata-rata jarang orang yang sanggup dan bertahan cukup lama untuk mempelajari bahasa dari Negara Tirai Besi ini. Walaupun tidak terlalu banyak, menurut saya cukup bagus karena akan membuat suasana belajar semakin kondusif. Melihat masih cukup banyaknya yang masih meminati untuk lanjut ke level 2, Sasha cukup terkesima dengan semangat juang kami. Saya masih ingat ketika dia bilang bahwa kami 'hebat' masih bisa bertahan sampai level ini, dikarenakan selama ini seperti yang ia tahu dulu, bahwa jarang sekali muridnya yang memang benar-benar niat untuk melanjutkan belajar bahasa Rusia. Di pertemuan level 2 ini dengan Sasha nampaknya ada perubahan fisik yang agak mencolok dari perutnya. Ternyata Sasha sedang hamil 5 atau 6 bulan, maka pelajaran level 2 kami nanti akan dilanjutkan atau dialihkan kepada guru lainnya, ketika Sasha hendak mengambil cuti hamilnya. Disaat Sasha sudah mengambil cuti hamilnya, lalu datanglah guru pengganti Sasha. 

Sehabis melihat pertunjukkan seni dari Rusia
Guru pengganti Sasha ini bertubuh tinggi, seperti orang Tiongkok, pokoknya tidak terlihat seperti 'bule' asli Rusia. Dia masuk kelas kami dan mengenalkan dirinya bernama Olga (bukan Olga Syahputra, lho). Saat itu ia membawa papan nama kayunya yang terukir jelas namanya adalah Olga Portnyagina. Ya ternyata dia adalah orang Tiongkok, eh bukan ternyata dia juga native speaker asli dari Yakutsk, Rusia yang juga pernah jadi dosen sastra Rusia di Universitas Indonesia (UI). Melihat wajahnya yang berbeda dari Sasha yang 'bule' sekali, ini karena Olga berasal dari Yakutsk yang notabene kebanyakan orang Rusia asli yang berwajah mirip orang Mongolia. Tak disangka, saya kira dia orang Tiongkok yang jago bahasa Rusia, eh tidak tahunya orang Rusia asli. Saat diajar oleh Olga, saya merasa gaya mengajarnya berbeda sekali dengan Sasha yang bisa dibilang terlalu memanjakan dan terlalu lembut kepada muridnya. Saking Sasha terlalu memanjakan murid-muridnya, jadi saya rasa kurang mengalami progress yang cukup berarti dari pengajarannya. Karena saya yang sudah terbiasa dengan ajaran Sasha, seketika setelah diajar Olga yang terkesan cepat dan memaksa sekali, terkadang jadi terlihat bodoh di dalam kelas. 

Selama Sasha cuti kami tidak hanya diajar oleh Olga tapi juga diajar oleh guru yang satu lagi. Tapi kalau guru yang satu lagi hanya pernah masuk ke kelas kami dua kali saja. Guru pengganti selain Olga tadi juga tidak terlihat bule, malahan dia seperti "Jayesslee" (penyanyi covering youtube asal Korea). Iya betul wajahnya Asia sekali, Korea banget lah. Guru kami yang ini bernama Anna Jin (namanya seperti tokoh di anime Tekken a.k.a Jin Kazama).  Dari namanya saja pasti banyak orang bilang ia dari Jepang atau Korea, tapi ternyata dia lahir di Pavlodar, Kazakstan tapi ibu atau bapaknya berasal dari Korea Selatan. Membahas teknik mengajarnya menurut saya paling asyik Anna daripada yang lainnya, bahasa Inggrisnya fasih dan jelas, ramah tapi serius dan benar-benar memperhatikan grammar dari bahasa Rusia. Untuk level kecepatan mengajarnya menurut pandangan saya atau ibaratnya dia tuh berada di gigi 2, Sasha gigi 1, sedangkan Olga berada di gigi 3 atau tancap gas... ngebuttt euy!

Suasana ketika lomba membaca puisi
Kembali diajar dengan Olga seterusnya, susah juga buat saya beradaptasi dengan gaya mengajarnya Olga. Ibaratnya dari gigi 1 langsung gigi 3. Jadinya saya kelimpungan saat diajar olehnya. Bahasa Inggrisnya fasih sih, tapi kok terdengarnya kurang jelas ya bahasa Inggrisnya di telinga saya (mungkin saya bolot), lebih jelas bahasa Inggrisnya Anna. Mengetahui Olga terus yang akan mengajar, jadilah saya malas-malasan masuk les, bahkan di level 2 ini absen saya banyak sekali sampai hampir tidak bisa ikut ujian (parah sudah 15 kali absen). Eh tapi karena Olga baik hati, jadinya saya bisa ikut ujian juga deh. Setelah ujian kembali bersiap-siap untuk acara graduasi, rencananya sih akan menyanyi lagi dengan tema baju merah. Tapi pada akhirnya saya tidak datang lagi acara graduasinya, karena selain belum mendapatkan sertifikat juga malas datang karena telat.

Level 3

Pamer sertifikat

Naik level lagi yuhuuuu... walaupun hampir tidak diizinkan ikut ujian tapi lolos juga. What a lucky I am! Oke kali ini masih bersama Olga Portnyagina lagi dalam acara.. eh kursus bahasa Rusia level 3! Tet.. teretetet *suara terompet*. Belajar dari kesalahan yang lalu, dalam hati saya niatkan untuk terus masuk karena demi mengincar sertifikatnya. Apapun yang terjadi pokoknya sebisa mungkin masuk terus. Di level 3 ini sekarang gurunya benar-benar pure Olga yang mengajar, bukan Sasha ataupun Anna lagi. Di awal level 3, kelas kami mendapat tambahan ungsian atau rusuhan dari peserta level 3 yang harusnya mereka sekarang ada di level 4. Itu dikarenakan jumlah absen mereka tidak memadai untuk mendapat sertifikat dan naik level berikutnya. Dari rusuhan tersebut bertambahlah 4 orang di kelas kami. Mereka mengulang level 3 tapi tidak perlu membayar biaya kursus lagi (baik 'kan, tempat kursus bahasa mana yang bisa sebaik ini?). 


Habis les, lapar makan di daerah Menteng
Dengan bertambahnya kelas kami bak mendapat angin segar, ibaratnya kelasnya jadi lebih lawak lagi daripada yang kemarin. Jadi, niat untuk terus masuk didukung juga dengan suasana yang lawak yang sering membuat Olga tertawa. Horeee... akhirnya saya dapat hadiah dari Olga! Dapat hadiah sebagai orang ketiga yang paling rajin masuk. Ujian sudah dijalani dan lagi-lagi harus tampil kembali. Untuk kali ini saya tidak akan mangkir lagi dari perform graduasi, dikarenakan setelah graduasi akan langsung penyerahan sertifikat. Di level 3 ini kami menampilkan tarian Rusia dan menyanyi. Wih... di level inilah penampilan perdana saya di panggung kecil itu.

Level 4
Masih sanggup untuk meneruskan les Rusia, kali ini daftarnya galau sekali. Karena teman-teman yang cukup akrab tidak meneruskan ke level 4. Sehingga membuat saya sungkan untuk ikut atau tidaknya lagi. Juga pada level 4 ini, saya tahu bahwa saya juga akan mengerjakan Tugas Akhir (TA) kuliah saya. Melihat pengalaman dari teman saya yang kemarin di level 2, saat itu dia sedang mengambil skripsi. Alhasil jarang masuk les dan sekalinya masuk dia merasa sangat ketinggalan dan akhirnya memilih untuk berhenti les karena fokus ke skripsinya. Lalu tidak tahu kenapa, akhirnya saya tetap mendaftar dengan nekat, coba-coba untuk menyeimbangkan TA dengan les, apakah keduanya bisa berjalan harmonis apa tidak dan juga saya daftar saja tanpa tahu siapa-siapa saja teman saya yang melanjutkan ke level ini. 

Olga yang menyempatkan hadir di pernikahan murid PKR
Di level ini kami tadinya dijanjikan durasi lesnya seminggu sekali pertemuan selama 3 jam (waduh... bocyorr...bocyorr deh otak). Setelah berunding dan segala macam, akhirnya tidak jadi 3 jam, melainkan seminggu 2 kali pertemuan dan diajarkan oleh 2 guru, yaitu Anna dan Olga. Di pertama masuk level 4, kami belum merasakan seminggu dua kali pertemuan dikarenakan Anna masih tentatif, sakit atau lagi pulang kampung (lupa saya). Pelajaran mulai efektif seminggu dua kali setelah dua minggu kemudian. Selama les level 4 ini saya juga sedang TA, ternyata kendala yang dialami teman saya itu tak terjadi dengan saya yang bisa menyeimbangkannya, bahkan TA saya sudah selesai duluan daripada level 4 ini. 

Hampir di ujung memasuki ujian level 4, mendadak cuaca tak bersahabat. Mulai dari hujan besar yang tak reda-reda dan banjir. Sudah berapa kali ini jadwal les tertunda, ini diakibatkan Anna sakit karena cuaca buruk, banjir yang efeknya menggangu kelancaran transportasi Transjakarta (TJ) yang dinaiki Anna, dan lain-lain. Tiga minggu sebelum ujian level 4 tiba, dikabarkan Olga akan pindah dari Bogor (tempat tinggalnya) ke Balikpapan. Hal ini menyebabkan bahwa ia harus bersiap-siap pindah dari Bogor, berhenti menjadi dosen di UI dan juga pengajar di PKR. Sedih juga mengetahui dia harus pergi ke Balikpapan, apalagi tertulis di status akun facebooknya bahwa dia pasti akan kangen dengan suasana Jakarta yang berantakan, jorok dan sering banjir tersebut (agak aneh sih mosok yang kayak begitu dikangenin???). 

Anna Jin (Anna)
Mengetahui Olga yang bersiap-siap mengurus kepindahannya, maka pelajaran selama ke sampai ujian ke depannya diambil alih Anna. Kini saatnya ujian lagi, sebelumnya ketika diajar oleh Olga saat ujian kami boleh open book, makanya saya tidak belajar, eh tak tahunya saat Anna yang mengajar tidak boleh open book, ketar-ketir deh mengerjakannya (sadis juga nih Anna). Kamus tidak ada, google translate tidak bisa (belum isi paket data), waahh... pokoknya murni mengerjakan ujian dengan otak dan sebisanya.

Cerita Lepas Setelah Ujian
Sebelumnya kami merundingkan dengan Anna juga bahwa setelah ujian biasanya graduasinya makan-makan di PKR, tapi berhubung PKR lagi direnovasi dan banyak debu, maka rencananya akan makan-makan di luar saja. 

Lagi-lagi cuaca tak bersahabat saat setelah ujian, hujan pun turun dengan derasnya. Untuk menunggu hujan jadilah mengobrol-ngobrol dengan Anna dalam kelas membahas tentang Bali yang sekarang jadi tempat kesukaan orang Rusia, kepergian Olga, rencana ke Ancol dan juga ke rumah Anna untuk makan masakannya khas Kazakstan. 

Setelah puas mengobrol, hujan sudah tidak sederas tadi, akhirnya kami pun keluar dari kelas. Vanessa (salah satu teman les saya di PKR) saat itu sedang lapar karena mendengar cerita Anna tadi yang memaparkan tentang masakan Kazakstan. Tidak cuma Vanessa saja yang lapar, saya pun demikian. Vanessa lantas mengajak semuanya untuk makan di sekitar PKR, namun hari sudah malam, jarang sekali ada yang masih buka. Lalu setelah berdiskusi terpilihlah Jl.Jaksa. 

Saat itu sudah pukul 9 malam, Anna yang baru keluar dari kelas sesudah mematikan AC dan lampu-lampu, diajak makan bersama oleh kami ke Jl.Jaksa, dan ternyata ia tidak mau. Mungkin sudah malam bagi dia, ditambah ada 2 anak yang menunggunya di rumah. Akhirnya perayaan setelah ujian diadakan oleh kami saja (daripada tidak sama sekali).

Tak terasa juga ngobrol sambil makan disana. Tepat pukul 11 malam, kami pun akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Pertemuan selanjutnya mungkin saat hari Sabtu 2 minggu lagi di rumah Anna, itupun kalau tidak ada halangan (biasanya batal terus atau mundur kelamaan).

Panjang juga cerita singkatnya... berhubung penulis sudah mulai mengantuk, diakhiri dulu saja ceritanya.

Paka-paka! :D


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rahasia Penyuka Warna Biru

Hai .... hai yang penyuka warna biru, mana suaranya??? Tau nggak sih, orang yang menyukai warna biru ini cenderung kelihatan lembut, kaku dan tertutup.  Namun, semua tergantung mood- nya. Untuk hal kecil aja kadang bisa terharu lho, maklum hatinya mudah tersentuh. Selain itu, menurut psikologi warna, warna biru biasanya dapat dipercaya dan profesional. Makanya nggak heran kalau bank-bank banyak yang menggunakan warna biru pada logonya. Mau tau lagi karakter tentang si biru? Nih, saya justin beberkan karakter si biru: Sabar Lebih sering memendam jika perasaan dan hatinya dilukai dan mereka lebih memilih disakiti daripada menyakiti. Jika ada masalah sangat hati-hati dan tidak ceroboh dalam menyelesaikanya. Dalam pergaulan sangatlah sopan tidak terlalu mencolok dalam bersikap tidaklah ekstrim dan menghindari kalimat yang sinis, tajam atau kasar. Ia ingin berdamai dengan dunia dan seluruh makhluk yang ada di bumi (Ini jangkauan besarnya). Jangkauan kecilnya, ia

Liburan Hemat Keliling Yogyakarta

Ini adalah pengalaman saya pergi bareng dengan saudari saya, Wulan untuk pertama kalinya. Menyempatkan travel atau refreshing otak menjelang akhir tahun 2017 lalu. Liburan kali ini jadinya ke Yogyakarta dengan menaiki kereta api. Sebelum memutuskan tujuan liburan, kami berdebat panjang. Saya ingin ke Banyuwangi , tapi Wulan ingin ke Semarang. Alih-alih tidak ingin terus bersebrangan pendapat, akhirnya kami menemukan titik tengahnya, yaitu Yogyakarta. Mengapa Yogyakarta dipilih menjadi destinasi kami kali ini? Karena kami menganggap kota ini cukup bersahabat untuk kesehatan kantong kami...hehe. Saat berangkat, saya hampir ketinggalan kereta karena bangunnya kesiangan. Ada perasaan takut tiketnya nggak kepake (buang-buang duit dong?). Eh, tapi untungnya saya sampai 10 menit sebelum kereta itu berangkat. Syukurlah masih bisa kekejar dan jadilah kami berangkat naik kereta ekonomi Gajah Wong. Posisi duduk kami di kereta, yaitu berhadapan dengan penumpang lain, kaki susah dijulurkan den