Ini adalah pengalaman saya pergi bareng dengan saudari saya, Wulan untuk pertama kalinya. Menyempatkan travel atau refreshing otak menjelang akhir tahun 2017 lalu. Liburan kali ini jadinya ke Yogyakarta dengan menaiki kereta api. Sebelum memutuskan tujuan liburan, kami berdebat panjang. Saya ingin ke Banyuwangi, tapi Wulan ingin ke Semarang. Alih-alih tidak ingin terus bersebrangan pendapat, akhirnya kami menemukan titik tengahnya, yaitu Yogyakarta. Mengapa Yogyakarta dipilih menjadi destinasi kami kali ini? Karena kami menganggap kota ini cukup bersahabat untuk kesehatan kantong kami...hehe.
Saat berangkat, saya hampir ketinggalan kereta karena bangunnya kesiangan. Ada perasaan takut tiketnya nggak kepake (buang-buang duit dong?). Eh, tapi untungnya saya sampai 10 menit sebelum kereta itu berangkat. Syukurlah masih bisa kekejar dan jadilah kami berangkat naik kereta ekonomi Gajah Wong. Posisi duduk kami di kereta, yaitu berhadapan dengan penumpang lain, kaki susah dijulurkan dengan lurus dan juga bangkunya tegak banget. Emang agak kurang nyaman pergi selama 8 jam harus dalam kondisi seperti ini. Tapi namanya backpackeran ya nikmatin ajalah :).
Sesampainya di Stasiun Lempuyangan, kami langsung bertemu dengan orang dari penyewaan jasa peminjaman motor. Setelah itu, kami ke Stasiun Tugu untuk memastikan tiket kepulangan kami sudah dipindah tanggalnya menjadi tanggal 31 Desember 2017. Karena pulang tanggal 3 Januari 2018 itu kelamaan. Tidak ingin berleha-leha ke penginapan dulu, kami segera berkeliling ke tempat-tempat "hits" di Yogyakarta dengan bantuan rekomendasi dari teman dan riset dari Instagram.
Kopi Klotok
Tujuan paling awal kami, yaitu ke Kopi Klotok yang terletak di daerah Kaliurang. Kami ke sini tanpa menaruh tas dulu di penginapan kami di daerah Caturnunggal. Saat perjalanan ke Kopi Klotok full dengan tas mudik ini, tiba-tiba ban motor belakang kami bocor. Tukang tambal ban kini menjadi harapan kami untuk melancarkan perjalanan ini. Ketika ban selesai ditambal, kami lanjut ke Kaliurang. Perjalanan ditempuh kira-kira selama 1 jam 30 menit. Sesampainya di tempat ini, ternyata rame banget pengunjungnya. Padahal, udah malam dan sedikit mendung.
Kopi Klotok adalah rekomendasi dari teman saya. Menurut saya tempat ini cocok dijadikan tujuan wisata keluarga. Suasananya zaman old banget dan juga makanan di sini sangat tradisional. Kopi Klotok adalah menu andalannya, namun saya tidak memesannya karena itu kopi hitam. Usut punya usut kenapa namanya Kopi Klotok karena kopinya saat direbus bunyinya "Klotok...Klotok". Maka terciptalah nama Kopi Klotok.
Pantai Sadranan & Woh Kudu
Pantai Sadranan |
Hari berikutnya, kami pergi ke Pantai Sadranan dan Woh Kudu. Hihi...ternyata salah banget kalau ke pantai datangnya siang hari terik. Ini sih nggak bisa nikmatin, cuacanya panas banget pas ke Pantai Sadranan. Pengen sih main di pantai, tapi lupa bawa baju ganti. Alhasil, cuma bisa foto-foto sama main pasir aja. Setelah dari Sadranan, kami pergi ke Woh Kudu. Ini kali pertama saya pergi ke pantai yang sepi di kala semua pantai rame sesak dengan orang-orang (maklum travel di saat high season). Saya juga baru tau kalau pantai ini ternyata masih jadi hidden place buat para travellers. Oh iya, untuk masuk ke daerah Sadranan kita harus bayar, tapi kalau di Woh Kudu free, lho ;)
Pantai Woh Kudu |
Hutan Pinus Mangunan & Songgo Langit
Kemarin udah menyusuri pantai, sekarang waktunya ke tempat yang rimbun, adem dan banyak pohonnya. Nah, kalau di sini cocok banget buat nyantai sekalian foto-foto. Spotnya banyak, mulai dari hutan pinus, rumah hobbit, jembatan jomblo dan rumah indian. Pokoknya keren deh spotnya buat di-upload di Instagram.
Hutan Pinus Mangunan |
Bukit Panguk
Kabur dari keramaian Hutan Pinus, kami lari ke sini untuk menikmati pesona Yogyakarta dari ketinggian. Di sini bisa foto-foto dengan spot yang udah disediakan dengan beberapa tema. Setiap ingin foto di spot bertema tersebut, wajib bayar Rp3.000,- per orang.
Foto di salah satu spot Bukit Panguk |
Gumuk Pasir
Main-main ke Gumuk Pasir enaknya pakai sandal, kalau pake sepatu nanti pasirnya masuk ke kaki. Saat ke sini kami melihat ada kubangan di antara pasir-pasir ini. Saya kira itu kubangan apa, ternyata itu kubangan dadakan karena hujan yang cukup deras dari kemarin.
Pinus Pengger
Ke sini malam hari antara mau dan nggak. Karena selama perjalanan itu terhalang hujan dan juga nemu ular saat lagi melintasi gelapnya hutan menuju ke Pinus Pengger. Eitss...tapi tenang aja, semua itu nggak menjadi penghalang bagi kami yang memang "Kepo" akan instagramable-nya tempat ini.
Di sini banyak spot-spot foto yang memang bagus untuk difoto, tapi yang paling bagus adalah spot yang latar belakangnya terlihat kerlap-kerlip kota Yogyakarta dari kejauhan. Untuk foto di spot spesial ini, kamu nggak diperbolehin foto sendiri karena udah ada tukang fotonya yang jagain. Jadi, kamu harus ambil nomor antrean dulu sebelum difotoin sama tukang fotonya.
Di sini banyak spot-spot foto yang memang bagus untuk difoto, tapi yang paling bagus adalah spot yang latar belakangnya terlihat kerlap-kerlip kota Yogyakarta dari kejauhan. Untuk foto di spot spesial ini, kamu nggak diperbolehin foto sendiri karena udah ada tukang fotonya yang jagain. Jadi, kamu harus ambil nomor antrean dulu sebelum difotoin sama tukang fotonya.
Sate Klathak Pak Pong
Tadinya sih nggak mau ke sini. Maunya ke Sate Klathak Pak Bari yang lebih terkenal gara-gara film si Cinta dan Rangga. Tapi, berhubung pas ke sini antreannya luar biasaaaaa...(padahal belum buka tempatnya). Yaudahlah daripada lama nunggu, akhirnya saya googling lagi tempat yang lain, dan nemu deh nama Sate Klatak Pak Pong.
Letaknya nggak terlalu jauh dari Sate Pak Bari, bahkan tempatnya ini lebih luas dan modern daripada Sate Pak Bari. Pengalaman yang nggak saya lupain makan di sini, yaitu nunggunya! Nunggunya lama bangeeeet...ada mungkin 2 jam baru bisa makan sate klathaknya. Untuk rasanya ya, lumayan enak (efek laper juga). Ada catatan nih buat yang kolestrol dan nggak suka kambing, mending jangan ke sini karena hampir semua menu mengandung olahan kambing.
Letaknya nggak terlalu jauh dari Sate Pak Bari, bahkan tempatnya ini lebih luas dan modern daripada Sate Pak Bari. Pengalaman yang nggak saya lupain makan di sini, yaitu nunggunya! Nunggunya lama bangeeeet...ada mungkin 2 jam baru bisa makan sate klathaknya. Untuk rasanya ya, lumayan enak (efek laper juga). Ada catatan nih buat yang kolestrol dan nggak suka kambing, mending jangan ke sini karena hampir semua menu mengandung olahan kambing.
Tempo Gelato
Cuaca panas emang enak makan es krim Gelato. Nah, Tempo Gelato ini juga jadi tempat yang ingin kami kunjungi. Untuk memesannya kita harus antre bayar dan ambil nomor antrean di kasir. Kalau udah bayar, kita geser ke counter pengambilan es krim. Banyak lho pilihan topping-nya, bisa dicampur banyak rasa. Es krimnya emang enak, tapi sayangnya pas saya ke sini, antreannya luar biaaaasaaa... mau nyari tempat duduk nggak ada. Yaudah deh makan es krimnya di luar aja deket hotel.
Makan es krimnya di luar |
Jejamuran
Rumah makan yang cocok untuk keluarga. Semua makanannya mengandung olahan jamur. Tempat ini sangat rame pengunjung dan juga ada live music-nya juga lho. Sebelum masuk dan duduk untuk dilayani pelayannya, kamu harus reserved dulu di pintu masuknya. Makanan yang pernah saya coba di sini, yaitu tongseng dan martabak jamurnya. Rasanya enak banget jadi pengen lagi!
Bakpia Pathok
Pengen beli oleh-oleh dari Yogyakarta pasti yang dicari Bakpia Pathok. Banyak yang jualan Bakpia Pathok di sini, tapi yang paling gampang dicari, yaitu Bakpia Pathok 25 dan 75. Sebenarnya saya pengen cari Bakpia Pathok Agung yang di dekat Prambors (rekomendasi dari teman), tapi karena nggak nemu jalannya, jadinya beli Bakpia Pathok 25 aja deh buat oleh-oleh orang rumah. Sekalian jadi bukti dari perjalanan wisata saya dan Wulan saat di Yogyakarta.
Casino India Review 2021
BalasHapusCasino India review. ✓ Find everything you 가입 머니 주는 사이트 need to 하이 포커 know 카판 about India casino from ₹2500+ ⏩ Find everything you need here. 마이크로 게이밍 Rating: 리턴 벳 4.7 · Review by CasinositesIndia