Russian Center for Science and Culture |
Ketertarikan saya pada Rusia diawali dengan perginya saya ke kota Vladivostok, yang berada di pinggiran Rusia dan berdekatan dengan Korea Selatan. Setelah belajar huruf 'cyrilic' secara otodidak, kemudian saya mencari informasi tentang belajar bahasa Rusia lalu langsung mendaftarkan diri di Pusat Kebudayaan Rusia (PKR) yang terletak di Jl. Diponegoro No.12, Menteng tersebut. Bisanya saya belajar bahasa Rusia, padahal bahasa Inggris saja masih berantakan dan cenderung lebih ke pasif. Tapi ya mungkin memang sudah takdirnya saya harus mengenal bahasa Rusia dibanding bahasa-bahasa lainnya yang sudah terkenal dan digemari orang Indonesia kebanyakan, seperti bahasa Jepang, Perancis, Mandarin, dll. Mengambil keputusan untuk belajar bahasa Rusia seperti mengenang kembali kejayaan Soekarno pada masa itu, dimana Presiden pertama Indonesia itu bersahabat dengan petinggi Uni Soviet Nikita Krushchev sehingga berdirilah sebuah mesjid biru yang terletak di kota Saint Petersburgh.
Level 1
Alexander Onoprienko (Sasha) |
Makanan khas Rusia di PKR |
Graduasi berbagai level |
Level 2
Olga Portnyagina (Olga) |
Sehabis melihat pertunjukkan seni dari Rusia |
Selama Sasha cuti kami tidak hanya diajar oleh Olga tapi juga diajar oleh guru yang satu lagi. Tapi kalau guru yang satu lagi hanya pernah masuk ke kelas kami dua kali saja. Guru pengganti selain Olga tadi juga tidak terlihat bule, malahan dia seperti "Jayesslee" (penyanyi covering youtube asal Korea). Iya betul wajahnya Asia sekali, Korea banget lah. Guru kami yang ini bernama Anna Jin (namanya seperti tokoh di anime Tekken a.k.a Jin Kazama). Dari namanya saja pasti banyak orang bilang ia dari Jepang atau Korea, tapi ternyata dia lahir di Pavlodar, Kazakstan tapi ibu atau bapaknya berasal dari Korea Selatan. Membahas teknik mengajarnya menurut saya paling asyik Anna daripada yang lainnya, bahasa Inggrisnya fasih dan jelas, ramah tapi serius dan benar-benar memperhatikan grammar dari bahasa Rusia. Untuk level kecepatan mengajarnya menurut pandangan saya atau ibaratnya dia tuh berada di gigi 2, Sasha gigi 1, sedangkan Olga berada di gigi 3 atau tancap gas... ngebuttt euy!
Suasana ketika lomba membaca puisi |
Level 3
Pamer sertifikat |
Naik level lagi yuhuuuu... walaupun hampir tidak diizinkan ikut ujian tapi lolos juga. What a lucky I am! Oke kali ini masih bersama Olga Portnyagina lagi dalam acara.. eh kursus bahasa Rusia level 3! Tet.. teretetet *suara terompet*. Belajar dari kesalahan yang lalu, dalam hati saya niatkan untuk terus masuk karena demi mengincar sertifikatnya. Apapun yang terjadi pokoknya sebisa mungkin masuk terus. Di level 3 ini sekarang gurunya benar-benar pure Olga yang mengajar, bukan Sasha ataupun Anna lagi.
Di awal level 3, kelas kami mendapat tambahan ungsian atau rusuhan dari peserta level 3 yang harusnya mereka sekarang ada di level 4. Itu dikarenakan jumlah absen mereka tidak memadai untuk mendapat sertifikat dan naik level berikutnya. Dari rusuhan tersebut bertambahlah 4 orang di kelas kami. Mereka mengulang level 3 tapi tidak perlu membayar biaya kursus lagi (baik 'kan, tempat kursus bahasa mana yang bisa sebaik ini?).
Dengan bertambahnya kelas kami bak mendapat angin segar, ibaratnya kelasnya jadi lebih lawak lagi daripada yang kemarin. Jadi, niat untuk terus masuk didukung juga dengan suasana yang lawak yang sering membuat Olga tertawa. Horeee... akhirnya saya dapat hadiah dari Olga! Dapat hadiah sebagai orang ketiga yang paling rajin masuk. Ujian sudah dijalani dan lagi-lagi harus tampil kembali. Untuk kali ini saya tidak akan mangkir lagi dari perform graduasi, dikarenakan setelah graduasi akan langsung penyerahan sertifikat. Di level 3 ini kami menampilkan tarian Rusia dan menyanyi. Wih... di level inilah penampilan perdana saya di panggung kecil itu.
Habis les, lapar makan di daerah Menteng |
Level 4
Masih sanggup untuk meneruskan les Rusia, kali ini daftarnya galau sekali. Karena teman-teman yang cukup akrab tidak meneruskan ke level 4. Sehingga membuat saya sungkan untuk ikut atau tidaknya lagi. Juga pada level 4 ini, saya tahu bahwa saya juga akan mengerjakan Tugas Akhir (TA) kuliah saya. Melihat pengalaman dari teman saya yang kemarin di level 2, saat itu dia sedang mengambil skripsi. Alhasil jarang masuk les dan sekalinya masuk dia merasa sangat ketinggalan dan akhirnya memilih untuk berhenti les karena fokus ke skripsinya. Lalu tidak tahu kenapa, akhirnya saya tetap mendaftar dengan nekat, coba-coba untuk menyeimbangkan TA dengan les, apakah keduanya bisa berjalan harmonis apa tidak dan juga saya daftar saja tanpa tahu siapa-siapa saja teman saya yang melanjutkan ke level ini.
Di level ini kami tadinya dijanjikan durasi lesnya seminggu sekali pertemuan selama 3 jam (waduh... bocyorr...bocyorr deh otak). Setelah berunding dan segala macam, akhirnya tidak jadi 3 jam, melainkan seminggu 2 kali pertemuan dan diajarkan oleh 2 guru, yaitu Anna dan Olga. Di pertama masuk level 4, kami belum merasakan seminggu dua kali pertemuan dikarenakan Anna masih tentatif, sakit atau lagi pulang kampung (lupa saya). Pelajaran mulai efektif seminggu dua kali setelah dua minggu kemudian. Selama les level 4 ini saya juga sedang TA, ternyata kendala yang dialami teman saya itu tak terjadi dengan saya yang bisa menyeimbangkannya, bahkan TA saya sudah selesai duluan daripada level 4 ini.
Olga yang menyempatkan hadir di pernikahan murid PKR |
Hampir di ujung memasuki ujian level 4, mendadak cuaca tak bersahabat. Mulai dari hujan besar yang tak reda-reda dan banjir. Sudah berapa kali ini jadwal les tertunda, ini diakibatkan Anna sakit karena cuaca buruk, banjir yang efeknya menggangu kelancaran transportasi Transjakarta (TJ) yang dinaiki Anna, dan lain-lain. Tiga minggu sebelum ujian level 4 tiba, dikabarkan Olga akan pindah dari Bogor (tempat tinggalnya) ke Balikpapan. Hal ini menyebabkan bahwa ia harus bersiap-siap pindah dari Bogor, berhenti menjadi dosen di UI dan juga pengajar di PKR. Sedih juga mengetahui dia harus pergi ke Balikpapan, apalagi tertulis di status akun facebooknya bahwa dia pasti akan kangen dengan suasana Jakarta yang berantakan, jorok dan sering banjir tersebut (agak aneh sih mosok yang kayak begitu dikangenin???).
Mengetahui Olga yang bersiap-siap mengurus kepindahannya, maka pelajaran selama ke sampai ujian ke depannya diambil alih Anna. Kini saatnya ujian lagi, sebelumnya ketika diajar oleh Olga saat ujian kami boleh open book, makanya saya tidak belajar, eh tak tahunya saat Anna yang mengajar tidak boleh open book, ketar-ketir deh mengerjakannya (sadis juga nih Anna). Kamus tidak ada, google translate tidak bisa (belum isi paket data), waahh... pokoknya murni mengerjakan ujian dengan otak dan sebisanya.
Cerita Lepas Setelah Ujian
Sebelumnya kami merundingkan dengan Anna juga bahwa setelah ujian biasanya graduasinya makan-makan di PKR, tapi berhubung PKR lagi direnovasi dan banyak debu, maka rencananya akan makan-makan di luar saja.
Lagi-lagi cuaca tak bersahabat saat setelah ujian, hujan pun turun dengan derasnya. Untuk menunggu hujan jadilah mengobrol-ngobrol dengan Anna dalam kelas membahas tentang Bali yang sekarang jadi tempat kesukaan orang Rusia, kepergian Olga, rencana ke Ancol dan juga ke rumah Anna untuk makan masakannya khas Kazakstan.
Setelah puas mengobrol, hujan sudah tidak sederas tadi, akhirnya kami pun keluar dari kelas. Vanessa (salah satu teman les saya di PKR) saat itu sedang lapar karena mendengar cerita Anna tadi yang memaparkan tentang masakan Kazakstan. Tidak cuma Vanessa saja yang lapar, saya pun demikian. Vanessa lantas mengajak semuanya untuk makan di sekitar PKR, namun hari sudah malam, jarang sekali ada yang masih buka. Lalu setelah berdiskusi terpilihlah Jl.Jaksa.
Anna Jin (Anna) |
Cerita Lepas Setelah Ujian
Sebelumnya kami merundingkan dengan Anna juga bahwa setelah ujian biasanya graduasinya makan-makan di PKR, tapi berhubung PKR lagi direnovasi dan banyak debu, maka rencananya akan makan-makan di luar saja.
Lagi-lagi cuaca tak bersahabat saat setelah ujian, hujan pun turun dengan derasnya. Untuk menunggu hujan jadilah mengobrol-ngobrol dengan Anna dalam kelas membahas tentang Bali yang sekarang jadi tempat kesukaan orang Rusia, kepergian Olga, rencana ke Ancol dan juga ke rumah Anna untuk makan masakannya khas Kazakstan.
Setelah puas mengobrol, hujan sudah tidak sederas tadi, akhirnya kami pun keluar dari kelas. Vanessa (salah satu teman les saya di PKR) saat itu sedang lapar karena mendengar cerita Anna tadi yang memaparkan tentang masakan Kazakstan. Tidak cuma Vanessa saja yang lapar, saya pun demikian. Vanessa lantas mengajak semuanya untuk makan di sekitar PKR, namun hari sudah malam, jarang sekali ada yang masih buka. Lalu setelah berdiskusi terpilihlah Jl.Jaksa.
Saat itu sudah pukul 9 malam, Anna yang baru keluar dari kelas sesudah mematikan AC dan lampu-lampu, diajak makan bersama oleh kami ke Jl.Jaksa, dan ternyata ia tidak mau. Mungkin sudah malam bagi dia, ditambah ada 2 anak yang menunggunya di rumah. Akhirnya perayaan setelah ujian diadakan oleh kami saja (daripada tidak sama sekali).
Tak terasa juga ngobrol sambil makan disana. Tepat pukul 11 malam, kami pun akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Pertemuan selanjutnya mungkin saat hari Sabtu 2 minggu lagi di rumah Anna, itupun kalau tidak ada halangan (biasanya batal terus atau mundur kelamaan).
Tak terasa juga ngobrol sambil makan disana. Tepat pukul 11 malam, kami pun akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Pertemuan selanjutnya mungkin saat hari Sabtu 2 minggu lagi di rumah Anna, itupun kalau tidak ada halangan (biasanya batal terus atau mundur kelamaan).
Panjang juga cerita singkatnya... berhubung penulis sudah mulai mengantuk, diakhiri dulu saja ceritanya.
Paka-paka! :D
Komentar
Posting Komentar