Langsung ke konten utama

Lagi-Lagi Jepang

Salut dengan sistem jalan tolnya yang tidak membuat macet dan sangat modern sekali. Sistemnya itu setahu saya memakai sistem sensor dengan pembayaran tiap bulan, sebelum mobil masuk ke gardu tol otomatis sensor nya akan menarik uang tol Anda yang sudah Anda bayar per bulan. Jadi disana gardu tol ada, tapi tidak ada penjaga yang mengasih kartu tol atau meminta uang tol (coba diterapkan juga di Indonesia nih). 

Mie Ramen
Makanan disini termasuk mahal, tapi porsinya besar. Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Sushi, Mie Ramen, Udon, dan Tempura. Waktu saya makan Mie Ramen di sini, ya ampun porsinya besar sekali sampai tidak habis untuk melahapnya. Setelah mencoba itu, malamnya mencoba makanan-makanan Jepang lagi, di sana disediakan sushi, lalu ada nasi semacam nasi goreng, dan juga ada ayam semacam chicken wings. Waduh apakah Anda tahu? Makanan yang disediakan itu umumnya rasanya asin sekali, kalau kata Orang Indonesia "Pengen cepet kawin". Menurut saya memang disana seleranya asin, kalau orang Padang sebaliknya sukanya yang pedas-pedas. Orang Jepang sendiri sangat menghargai waktu, jadi jangan heran bila orang Jepang makannya cepat sekali dan jarang punya waktu untuk sekadar mengobrol saat sedang makan atau setelah makan. 

Dua tukang pijat Shiatsu
Berapa hari di Jepang tidak tahu mengapa saya tidak betah, apa mungkin gara-gara cuacanya yang panas sekali atau mungkin juga karena penginapannya yang menurut saya sempit sekali karena sekamar harus diisi 3 (tiga) orang, apalagi kopor-kopornya pada besar, sehingga kenyamanan pun berkurang. Walaupun saya akui kamarnya memang unik khas Jepang.

Ternyata orang Jepang itu mendesain kamar mandinya memang minimalis, antara toilet dan tempat mandi dipisah, ini sungguh menyiksa bagi saya.

Nah, ketika ada acara yang diadakan oleh KBRI Tokyo di Midtown Roponggi banyak sekali TKI yang datang menonton acara itu, dan saya perhatikan cukup banyak yang memakai kamera DSLR dengan lensa yang bisa dibilang lumayan.

Yang patut diacungi jempol dari Jepang adalah, mereka jarang memakai produksi luar negeri, mereka cenderung lebih banyak memakai produksi sendiri. 
Skytree dari kejauhan
Dulu ketika saya masih duduk di bangku SMK, kebetulan jurusan saya adalah Travel, pernah membuat Tugas Akhir Tour Planning, yaitu Tur ke Jepang. Di situ saya pernah menulis bahwa Tokyo Tower dengan ketinggian 333 M adalah yang tertinggi di Jepang. Tapi kini sudah bukan Tokyo Tower lagi, melainkan Skytree dengan tinggi dua kali lipat dari tinggi Tokyo Tower.


Hasil Jepretan Obaasan
Untuk masyarakat Jepang sendiri, saya bilang mereka cukup ramah, terbukti waktu kami ke Asakusa Temple ada yang menawarkan diri untuk mengambilkan foto saya dan teman saya, ketika bingung mau foto berdua. Arigatou, lho obaasan :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rahasia Penyuka Warna Biru

Hai .... hai yang penyuka warna biru, mana suaranya??? Tau nggak sih, orang yang menyukai warna biru ini cenderung kelihatan lembut, kaku dan tertutup.  Namun, semua tergantung mood- nya. Untuk hal kecil aja kadang bisa terharu lho, maklum hatinya mudah tersentuh. Selain itu, menurut psikologi warna, warna biru biasanya dapat dipercaya dan profesional. Makanya nggak heran kalau bank-bank banyak yang menggunakan warna biru pada logonya. Mau tau lagi karakter tentang si biru? Nih, saya justin beberkan karakter si biru: Sabar Lebih sering memendam jika perasaan dan hatinya dilukai dan mereka lebih memilih disakiti daripada menyakiti. Jika ada masalah sangat hati-hati dan tidak ceroboh dalam menyelesaikanya. Dalam pergaulan sangatlah sopan tidak terlalu mencolok dalam bersikap tidaklah ekstrim dan menghindari kalimat yang sinis, tajam atau kasar. Ia ingin berdamai dengan dunia dan seluruh makhluk yang ada di bumi (Ini jangkauan besarnya). Jangkauan kecilnya,...

Liburan Hemat Keliling Yogyakarta

Ini adalah pengalaman saya pergi bareng dengan saudari saya, Wulan untuk pertama kalinya. Menyempatkan travel atau refreshing otak menjelang akhir tahun 2017 lalu. Liburan kali ini jadinya ke Yogyakarta dengan menaiki kereta api. Sebelum memutuskan tujuan liburan, kami berdebat panjang. Saya ingin ke Banyuwangi , tapi Wulan ingin ke Semarang. Alih-alih tidak ingin terus bersebrangan pendapat, akhirnya kami menemukan titik tengahnya, yaitu Yogyakarta. Mengapa Yogyakarta dipilih menjadi destinasi kami kali ini? Karena kami menganggap kota ini cukup bersahabat untuk kesehatan kantong kami...hehe. Saat berangkat, saya hampir ketinggalan kereta karena bangunnya kesiangan. Ada perasaan takut tiketnya nggak kepake (buang-buang duit dong?). Eh, tapi untungnya saya sampai 10 menit sebelum kereta itu berangkat. Syukurlah masih bisa kekejar dan jadilah kami berangkat naik kereta ekonomi Gajah Wong. Posisi duduk kami di kereta, yaitu berhadapan dengan penumpang lain, kaki susah dijulurkan den...

Kisah Singkat [Kissing] Belajar Bahasa Rusia di PKR

Russian Center for Science and Culture Ketertarikan saya pada Rusia diawali dengan perginya saya ke kota Vladivostok, yang berada di pinggiran Rusia dan berdekatan dengan Korea Selatan. Setelah belajar huruf 'cyrilic' secara otodidak, kemudian saya mencari informasi tentang belajar bahasa Rusia lalu langsung mendaftarkan diri di Pusat Kebudayaan Rusia (PKR) yang terletak di Jl. Diponegoro No.12, Menteng tersebut. Bisanya saya belajar bahasa Rusia, padahal bahasa Inggris saja masih berantakan dan cenderung lebih ke pasif. Tapi ya mungkin memang sudah takdirnya saya harus mengenal bahasa Rusia dibanding bahasa-bahasa lainnya yang sudah terkenal dan digemari orang Indonesia kebanyakan, seperti bahasa Jepang, Perancis, Mandarin, dll. Mengambil keputusan untuk belajar bahasa Rusia seperti mengenang kembali kejayaan Soekarno pada masa itu, dimana Presiden pertama Indonesia itu bersahabat dengan petinggi Uni Soviet Nikita Krushchev sehingga berdirilah sebuah mesjid biru yang te...