Langsung ke konten utama

Traveling ke Jepang, Lagi?

Jepang memang selalu menjadi destinasi favorit orang-orang untuk berlibur, bekerja, mengejar beasiswa bahkan menetap. Negara yang konon sering membuat orang terkagum-kagum dengan kemajuan teknologi, kedisiplinan waktu, keramahan dan juga kebersihannya. Itulah sekilas info tentang Jepang yang saya tahu. Kini, sudah tak heran mengapa Jepang menjadi negara tujuan idaman di bagian Asia Pasifik.

Dari tadi kenapa bahas Jepang terus, ada apa dengan Jepang? Ya, saya sengaja membahas tentang Jepang karena di awal tahun 2016 ini perjalanan ke luar negeri saya 'pecah telor' ke negeri matahari terbit ini. Sebelumnya, saya juga pernah ke Jepang pada awal September 2014 dan juga Desember 2015 lalu (bukan maksud pamer). Pada kali ini, musimnya dipastikan tidak bersalju malah cenderung berawan. Walaupun berawan tetap saja cuacanya dingin bisa sampai 3 derajat celcius, pokoknya rawan kalau tidak pakai jaket tebal. 

Perjalanan awal tahun bersama Tim Kesenian ke negara yang terkenal dengan "Yakuza"nya ini bisa dibilang agak melelahkan jika membayangkannya. Bagaimana tidak lelah? Tiga kota di Jepang akan disambangi kok, itu pun lumayan jauh ditempuh dengan naik mobil (berdasarkan jadwal perjalanan begitu).

Tiga kota yang dimaksud, yaitu pertama ke Osaka lalu Nagoya kemudian berakhir di Tokyo. Lelahnya, tiap kota harus pindah hotel dan yang bikin malasnya packing-nya itu lho!

Balik lagi ke awal, PCO mengharuskan rombongan tiba di bandara Soekarno-Hatta pukul 20.00 WIB untuk check-in bagasi terlebih dahulu. Menurut tiket penerbangan diperkirakan take-off pukul 23.30 WIB dengan menggunakan direct flight airlines kebanggan Indonesia, yaitu Garuda. Perjalanan dari Jakarta menuju Osaka diperkirakan memakan waktu 7 jam dengan waktu lokal Jepang berbeda 2 jam lebih cepat dari Indonesia.

WELCOME TO OSAKA!

Setibanya di bandara Osaka itu pagi, mendadak perut melilit... Oh, tanda panggilan alam. Ingin menyetor panggilan alam ini tapi apadaya keadaan tak santai. Cuma bisa menyetor ke satu toilet saja, maklum rombongan sudah harus loading barang untuk segera ke hotel. Haduh... perut sedang tak bersahabat cuaca pun begitu ... benar-benar mendukung untuk ke toilet lagi. Selama perjalanan dari bandara menuju hotel ternyata cukup lama ... beban penderitaan ini terasa sulit, penderitaan menahan panggilan alam terasa seberat beban hidup *lebay mode-on

Melihat hotel yang dituju dari kejauhan rasanya melihat surga, segera ingin menggapainya dan cepat-cepat ke TOILET!!! Asyikkk .... akhirnya sampai juga, pintu mobil dibuka. Sreggg!!! saya pun terperanjat bergegas lari menuju toilet. Setelah memenuhi panggilan alam di toilet kedua rasanya masih mau lagi!!! Ternyata teman saya mendiagnosa saya terkena Diare! Ah, penyakitnya kurang kece, norak amat baru sampai negeri orang "udik"  sampai diare segala.

Lewati masalah diare saya yang kurang penting, kami sudah sampai hotel Ana Crowne Plaza Osaka tapi belum bisa check-in, karena memang belum waktunya check-in. Sambil menunggu waktu check-in barang-barang yang dibawa ternyata bisa dititipkan dulu di hotel tersebut. Demi mengisi waktu check-in yang kosong, PCO mengajak kami untuk makan di salah satu restoran Jepang.

Uniknya di restoran tersebut untuk memesan makananannya kita harus memasukkan uang terlebih dahulu di mesin yang terpampang dekat dengan pintu masuk, kemudian pilih menu yang diinginkan dan tekan tombol menu yang dimaksud, maka keluarlah kupon undian!!! hahaha .... maaf bukan kupon undian, tapi kupon makanan yang nantinya diserahkan ke pelayan restoran. 

Sejujurnya agak ribet, mesinnya salah taruh ini karena di pintu masuk. Kalau rombongan begini suruh pilih menu yang notabene tulisan kanji semua (mending paham) pasti lama milihnya. Bisa-bisa terjadi penumpukan orang di pintu masuk dan yang lainnya susah untuk masuk ke restoran tersebut.

Itadakimasu Minasan

Restoran Jepang memang unik selain sistem pemesanan melalui kupon, mejanya pun unik desainnya karena dalam satu meja yang diisi 4 orang yang saling berhadapan, ternyata disekat dengan papan penghalang yang bisa dicopot-pasang. Awalnya kami berempat duduk dalam satu meja yang disekat belum tahu kalau itu bisa dicopot, maka kalau mau mengobrol harus seperti loket yang bila berbicara harus menunduk melongok lubang. Ya, ada-ada sajalah kelakuan kami yang udik belum tahu apa-apa.

Selesai menyantap makan siang, kami diajak jalan-jalan ke daerah Namba. Namba merupakan daerah yang cukup terkenal di Osaka. Jika mampir kesini jangan lupa untuk berfoto di reklame-reklame besar dekat jembatan terutama yang ada gambar seperti pelari yang mengangkat kedua tangannya. Serius! Ini "you must do" banget kalau lihat di Instagram orang-orang pasti pada foto disini. Di Osaka tidak cuma harus narsis di Namba biar nge-hits, urusan perut juga harus, lho. 

Kebetulan kami di Namba sampai malam, cuacanya dingin-dingin gimana gitu, eh pas benar ketemu tukang takoyaki dan okonomiyaki di jalan! Ini dia yang diincar, Osaka katanya terkenal sama makanannya yang 'oishi'. Penasaran rasanya kayak apa, icip-icip deh lumayan panas di lidah (biar panas tapi lahap). Mungkin ada benarnya kalau Osaka dikenal sebagai kota 'kuidaore' atau orang bule biasa bilang "eat till you drop".

"Eat Till You Drop!"


KYOTO & NAGOYA WE'RE COMING

Tiba saatnya kami pindah kota ke Nagoya dan rencananya menginap di hotel Hilton. Menurut saya cuma di Nagoya saja hotel tempat kami menginap selama di Jepang yang ruangannya paling legaaaaaa .... pokoknya bisa 'jeblakin' 2 kopor besar sekaligus. Sebelum berangkat, kami mendapat informasi dari driver yang katanya Nagoya itu kurang menarik, maka sepanjang perjalanan menuju Nagoya kami diajak mampir dulu ke Kyoto yang tak jauh dari Osaka.

Di Kyoto ternyata kami diajak ke Kiyomizu Dera (padahal saya berharap ke Arashiyama juga). Memang banyak kuil-kuil di Jepang, tapi yang ini kuilnya didukung juga dengan pemandangan yang indah dari atas. Dari parkiran mobil menuju kuil yang jalannya sedikit menanjak, kami bisa melihat di kiri-kanan banyak toko-toko yang  menjual souvenirs, makanan seperti kue moci yang banyak rasa dan macamnya dan juga penyewaan kimono. Pantas saja banyak perempuan yang memakai kimono bertebaran di sepanjang jalan menuju kuil. Sempat berfoto juga bersama perempuan yang berpakaian kimono, saya pikir orang Jepang asli ternyata turis dari luar, seperti Korea dan China.

Pemandangan dari atas Kiyomizu Dera

Selesai mendaki gunung dan lewati lembahnya Ninja Hattori, sampai juga diatas. Ternyata dari atas kami disuguhi pemandangan alam yang indah dari kompleks kuilnya. Langit biru, awan putih, rumah-rumah dan juga bukit terlihat dari kejauhan di atas sini. Oh iya, jika ada yang suka sama peruntungan atau masih percaya sama jimat-jimat keberuntungan bisa dicari dan dibeli disini. Jimat atau 'omamori' di kuil memang banyak jenisnya, tergantung mau pilih yang mana. Bisa buat peruntungan jodoh, kemakmuran dan lain-lain (kalau saya pilih jodoh *eh).

'Omamori' a.k.a Jimat

Sudah puas berfoto-foto di kompleks kuil, saatnya turun menuju parkiran. Eitsss... kami menemukan perempuan aneh bermake-up tebal, berkonde, memakai baju seperti kimono lengkap dengan sandal bakiaknya dan juga membawa payung. Siapakah dia???

Maicih & Maiko
Setelah bertanya-tanya, ternyata sosok perempuan tersebut biasa disebut dengan 'Maiko'. Tampilannya sekilas mirip 'Geisha' kalau menurut saya. Tak mau kehilangan momen bertemu maiko, seperti biasanya mari berfoto dulu bersama maiko satu ini. Usai berfoto-foto ria dengan maiko biar update di media sosial, kami pun melanjutkan perjalanan ke Nagoya. Sampai di Nagoya, check-in hotel lalu segera tidur 'menye-menye' nunggu makan malam.

Langit sudah menggelap, matahari telah tenggelam dan perut mulai bergemuruh. Cuaca dingin memang mudah terserang penyakit lapar. Demi menuruti permintaan perut, akhirnya kami ditemani driver untuk makan Kaiten Sushi dengan naik taksi, karena kalau jalan kaki lumayan jauh.


Kaiten Sushi itu sistemnya ambil sendiri sushinya atau makanan lainnya yang disajikan per-piring di atas conveyor belt yang memutar atau mengelilingi meja tamunya. Kalau mau pesan makanan yang lain juga bisa pesan lewat monitor layar sentuh yang ada di setiap meja. Bayarnya nanti belakangan setelah kenyang lalu ke kasir ya, jangan kaget kalau dihitungnya per-piring yang kalian ambil di conveyor belt.


Kaiten Sushi
Setelah menuruti kemauan si perut, kami kembali ke hotel dengan taksi lagi. Lumayan kan kalau nekat jalan kaki sampai hotel yang ada lapar lagi nanti. Sambil menunggu taksi lewat, biasalah orang Indonesia maunya foto terus kalau di negeri orang. Kali ini konsepnya ingin seperti band The Beatles yang foto di zebra cross. Berikut penampakan fotonya:
The Bretels

"Ohayou gozaimasu Nagoya!" Bersiap-siap untuk acara hari ini. Hari ini dipastikan acaranya akan berlangsung hingga sore. Temanya hari ini fokus ke acara bukan jalan-jalan. Sehingga benar-benar nothing to see, tapi masih bisa, sih mampir dulu buat shopping sehabis acara.

Tugas sudah ditunaikan dan acara juga sudah selesai. Terlihat rombongan berwajah sedikit kusam dan nampak lelah seperti kehabisan energi. Besoknya juga harus pindah lagi ke Tokyo. Benar-benar melelahkan kalau pindah kota harus packing terus tiap malam.

TOKYO THE LAST CITY

Yuhuuu .... hari ini pindah kota ke Tokyo, menurut prakiraan si sopir perjalanan dari Nagoya ke Tokyo bisa 6-7 jam. Lama juga, mesti siapin kedua kaki nih, pegal-pegal kalau dibayangin perjalanan begitu lamanya. Biar pegal dan jauhnya tidak kerasa, baiknya tidur sajalah sampai Tokyo baru melek lagi :p

Bangun-bangun masih siang hari, turun dari mobil dan menginjakkan kaki di Tokyo, sedikit tercengang saya. Melihat dan merasakan perbedaan yang mencolok antara Osaka, Kyoto, Nagoya dan Tokyo. Suasana di Tokyo itu benar-benar ramai sekali dan bising. Sungguh berbeda 180 derajat dari ketiga kota sebelumnya. Ibukota memang beda, mirip Jakarta kalau Indonesianya.

Mungkin saya memang tercengang dengan perbedaan suasana kotanya, tapi ada yang lebih membuat saya tercengang lagi. Apa yang membuat kamu tercengang Anggia??? Kamar!!! Hotel tempat kami menginap di hotel Apa ini sempit sekaliiiiiii ... !!! Untuk menaruh kopor saja sempit apalagi harus jeblakin 2 kopor sekaligus ini benar-benar tidak bisa. Selain itu, kasurnya juga bukan 2 single bed tapi double bed. Beuh .... sungguh romantis satu kasur berdua. Jujur, sekasur berdua sama orang yang baru dikenal walaupun bukan sama lawan jenis juga, sih tapi tetap saja canggung.

Bingung mau tidur posisi enaknya dimana ya, di pojokan dekat tembok apa di ujung dekat kamar mandi? Setelah berpikir dan menganalisa *belagak detektif Conan, akhirnya saya pilih di dekat kamar mandi. Berhubung teman sekamarnya lebih tua 13 tahun dari saya, mending saya yang diinjak kakinya kalau dia mau ke kamar mandi, daripada saya yang harus menginjaknya (takut kualat). Masalah sekasur ini benar-benar bikin kepikiran, biasa tidur sendiri bebas bolak-balik posisi badan sekarang malah membatu. Untungnya tidur saya biasanya memang tidak rusuh, kalem tidak ambil lahan orang lain.

Baiklah mumpung di Tokyo, masih siang hari juga bisa keliling-keliling sekitar hotel dan sorenya baru naik kereta bawah tanah ke Harajuku. Di Harajuku, saya cuma incar ke Daiso, lumayan beli barang-barang unik yang murah. Tapi, kalau cuma dikasih waktu 5 menit buat belanja di Daiso mana cukup??!! Salah strategi rupanya, gara-gara kelamaan foto-foto, jadi Daisonya mau tutup. Selesai belanja kilat di Daiso, driver yang baik hati dan tidak sombong ini  dengan setia mengantar kami kemana-mana. Lalu ada setelah selesai belanja, driver ini spontan mengajak kami 'nongkrong' di McDonnald. Lumayanlah isitrahatin kaki sama menghangatkan badan.

Tiba di hotel kembali sudah jam 11 saja, saya membuka pintu kamar dengan pelan-pelan dan ternyata teman sekamar saya belum pulang dari pergi bersama teman-temannya yang kebetulan berada di Jepang juga. Kesempatan bisa buka kopor nih, masukin belanjaan dan bebersih badan, nyaman juga nih sendirian. Selesai bebersih badan dengan rambut yang masih basah, naik ke kasur lalu tarik selimut. Tidak lama kemudian, saya mendengar seseorang masuk ke kamar secara pelan-pelan. Mendengar ada yang masuk kamar, langsung saya pura-pura tidur (lagi malas basa-basi).

Pura-pura tidur jadi tidur sungguhan 'kan, tapi malam-malam saya terbangun, kaki saya terinjak cici karena si cici mau ke kamar mandi. Aduhhh .... ini cici sadar apa tidak sih, jangan-jangan tidak sadar efek minum-minum sama temannya semalam. Sumpah ini tidur yang kurang nyenyak, kaki saya terinjak, selimut rebutan, cici tidur mepet lahan saya. Hmmm ... ternyata yang tidurnya offside itu cici bukan saya, lho.


Patung Ueno
BESOKNYA

Alarm HP berbunyi, terbangun saya walau masih mengantuk sebenarnya. Masih setengah sadar langsung mandi. Katanya pagi hari ini setelah sarapan mau diajak ke Ueno dulu sebelum acara yang diadakan di siangnya. 

Di Ueno tujuan saya cuma beli "cheesnut", enak 'kan dingin begini makan cheesnut yang hangat masih belum dikupas kulitnya. Sewaktu di Osaka, mau beli cheesnut tapi mahal lebih murah di Ueno. Saat di Ueno rombongan memberi batas waktu untuk keliling disekitaran sini, meeting pointnya Uniqlo.

Rombongan jadi terpisah, saya bersama ketiga teman saya dan didampingi 1 driver. Driver yang mendampingi saya dan ketiga teman saya mengajak kami ke Taman Ueno. Disini bisa foto-foto patung Ueno dan juga foto di salah satu pohon yang sakuranya sudah mekar. Lumayan bisa foto sakura mekar, walaupun cuma satu pohon saja.

Selesai foto-foto kami ke meeting point dan kembali ke hotel. Sesampai di hotel siap-siap untuk berangkat lagi ke tempat acara. Jadwal terasa padat hari ini, tapi hari ini merupakan acara terakhir dan tugas negara harus ditunaikan.


SAYONARA JEPANG!



Heading to Jakarta

Perjalanan ke Jepang kami berakhir di Tokyo, selanjutnya tidak lagi pindah ke kota lainnya di Jepang. Cukup sedih juga meninggalkan Jepang negara yang masih memegang erat budayanya, teknologinya yang mencengangkan dan ramahnya orang Jepang. Tapi apa boleh buat memang harus pulang ke Indonesia, mission done dan pastinya saya KANGENN NASI PADANG dan SAYUR ASEMMMM...










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rahasia Penyuka Warna Biru

Hai .... hai yang penyuka warna biru, mana suaranya??? Tau nggak sih, orang yang menyukai warna biru ini cenderung kelihatan lembut, kaku dan tertutup.  Namun, semua tergantung mood- nya. Untuk hal kecil aja kadang bisa terharu lho, maklum hatinya mudah tersentuh. Selain itu, menurut psikologi warna, warna biru biasanya dapat dipercaya dan profesional. Makanya nggak heran kalau bank-bank banyak yang menggunakan warna biru pada logonya. Mau tau lagi karakter tentang si biru? Nih, saya justin beberkan karakter si biru: Sabar Lebih sering memendam jika perasaan dan hatinya dilukai dan mereka lebih memilih disakiti daripada menyakiti. Jika ada masalah sangat hati-hati dan tidak ceroboh dalam menyelesaikanya. Dalam pergaulan sangatlah sopan tidak terlalu mencolok dalam bersikap tidaklah ekstrim dan menghindari kalimat yang sinis, tajam atau kasar. Ia ingin berdamai dengan dunia dan seluruh makhluk yang ada di bumi (Ini jangkauan besarnya). Jangkauan kecilnya,...

Liburan Hemat Keliling Yogyakarta

Ini adalah pengalaman saya pergi bareng dengan saudari saya, Wulan untuk pertama kalinya. Menyempatkan travel atau refreshing otak menjelang akhir tahun 2017 lalu. Liburan kali ini jadinya ke Yogyakarta dengan menaiki kereta api. Sebelum memutuskan tujuan liburan, kami berdebat panjang. Saya ingin ke Banyuwangi , tapi Wulan ingin ke Semarang. Alih-alih tidak ingin terus bersebrangan pendapat, akhirnya kami menemukan titik tengahnya, yaitu Yogyakarta. Mengapa Yogyakarta dipilih menjadi destinasi kami kali ini? Karena kami menganggap kota ini cukup bersahabat untuk kesehatan kantong kami...hehe. Saat berangkat, saya hampir ketinggalan kereta karena bangunnya kesiangan. Ada perasaan takut tiketnya nggak kepake (buang-buang duit dong?). Eh, tapi untungnya saya sampai 10 menit sebelum kereta itu berangkat. Syukurlah masih bisa kekejar dan jadilah kami berangkat naik kereta ekonomi Gajah Wong. Posisi duduk kami di kereta, yaitu berhadapan dengan penumpang lain, kaki susah dijulurkan den...

Kisah Singkat [Kissing] Belajar Bahasa Rusia di PKR

Russian Center for Science and Culture Ketertarikan saya pada Rusia diawali dengan perginya saya ke kota Vladivostok, yang berada di pinggiran Rusia dan berdekatan dengan Korea Selatan. Setelah belajar huruf 'cyrilic' secara otodidak, kemudian saya mencari informasi tentang belajar bahasa Rusia lalu langsung mendaftarkan diri di Pusat Kebudayaan Rusia (PKR) yang terletak di Jl. Diponegoro No.12, Menteng tersebut. Bisanya saya belajar bahasa Rusia, padahal bahasa Inggris saja masih berantakan dan cenderung lebih ke pasif. Tapi ya mungkin memang sudah takdirnya saya harus mengenal bahasa Rusia dibanding bahasa-bahasa lainnya yang sudah terkenal dan digemari orang Indonesia kebanyakan, seperti bahasa Jepang, Perancis, Mandarin, dll. Mengambil keputusan untuk belajar bahasa Rusia seperti mengenang kembali kejayaan Soekarno pada masa itu, dimana Presiden pertama Indonesia itu bersahabat dengan petinggi Uni Soviet Nikita Krushchev sehingga berdirilah sebuah mesjid biru yang te...